Ini adalah Becak Siantar. Siantar atau Pematang Siantar adalah kota terbesar ke-2 di Sumatera Utara, 128KM dari Medan.


Walaupun sudah banyak Becak bermesin Motor, Becak ini berbeda dengan becak-becak lainnya jika dilihat dari keunikannya yaitu motornya. Becak Siantar ini kebanyakan digerakkan oleh motor besar tua bermesin 350-500 CC di antaranya yang paling banyak digunakan Birmingham Small Arm (BSA) yaitu jenis sepeda motor buatan Inggris yang awalnya diciptakan untuk kendaraan perang. Karenanya BSA sering diplesetkan Becak Siantar Asli.


Gambar di atas adalah Motor BSA 500cc Gold Star motor seperti ini juga banyak dipakai sebagai penggerak Becak Siantar di samping motor-motor lain seperti Norton, Triumph, BMW, hingga Harley Davidson.

Rata-rata usia motor sudah mencapai lebih dari 60 tahun. Motor yang saat ini berjumlah sekitar 400 unit dengan tahun pembuatan 1941 (70th), 1948 (64th), 1952 (60th), dan 1956 (56th)!

Konstruksi kabin becak biasanya dibuat dari kayu dengan rangka besi sedang becak Siantar karena menggunakan motor besar dan mampu untuk berjalan pada kecepatan tinggi, kabinnya dibuat lebih kokoh. Kabin dibuat dengan menggunakan bahan rangka logam, bodi logam dan di kombinasi dengan rangka kayu sebagaimana yang biasa digunakan pada industri karoseri otomotif setengah abad yang lalu.

Untuk merawat motor tua seperti yang digunakan di Siantar tidaklah gampang karena perlu keahlian khusus merawat motor tua, suku cadangnya sudah tidak diproduksi (discontinue) lagi dan bahkan pabriknya sudah tidak ada lagi sehingga bila diperlukan suatu spare part, harus dibuat di bengkel las/ bubut ataupun dengan memodifikasi suku cadang motor atau mobil yang bisa dipakai sebagai substitusi.

Saat ini ada sekitar 5 (lima) bengkel dan dua orang yang dianggap berjasa terus melestarikan becak Siantar. Bengkel Handayani, Bengkel milik Syafii Leo, Bengkel Rahayu, Bengkel milik Mbah Sari, dan bengkel bubut milik Rohim. Dua lainnya adalah bengkel khusus dinamo BSA milik Tikno dan bengkel milik Yadi di daerah Karangsari. Mereka ini lebih tepat disebut sebagai seniman ukiran besi daripada sebagai pekerja bengkel, karena BSA sudah tak lagi memproduksi sparepart motor buatan BSA ini sejak lama tetapi di tangan orang-orang ini, sepeda motor BSA bisa bertahan di Pematang Siantar.

BSA masuk ke Indonesia  pada masa peralihan tentara Jepang ke tentara sekutu (Belanda-Inggris). BSA kemudian menyebar di setiap daerah jajahan Belanda. BSA adalah sisa-sisa perang dunia kedua. Belanda yang membawanya ke Indonesia. Ketika Belanda meninggalkan Indonesia, motor-motor BSA ini ditinggalkan. Sekitar tahun 1958 atas inisiatif orang-orang Siantar, mereka mengumpulkannya dari pulau Jawa seperti kota Surabaya dan Jakarta.

Penampilan Becak Motor BSA memang tampak garang dari penampilan luarnya, namun penumpang yang naik di dalamnya merasa nyaman karena pegas motor begitu kuat tapi lembut. Penumpang akan merasa duduk seperti di kursi goyang. Hanya telinga saja yang mungkin sedikit terganggu karena suara mesinnya keras dan bulat, meraung-raung. Suara mesin ini juga yang masih asli dari becak motor BSA.

Becak dengan motor tua yang semakin langka itu menjadi keunikan yang menghiasi Kota Pematang Siantar sampai saat ini.

Untuk menikmati kendaraan sisa Pedang Dunia II sambil menikmati keasrian Kota Pematang Siantar, sebelum melanjutkan perjalanan ke Danau Toba, kita bisa menikmatinya dengan naik Becak Siantar.