Categories
Trading

Faktor Penggerak Market

Berikut adalah daftar beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga Forex di pasar. Meskipun sulit untuk memberikan persentase pasti untuk setiap faktor, namun berikut ini adalah beberapa faktor yang umumnya mempengaruhi pasar Forex dan seberapa besar dampaknya:

FaktorDampak
Bank Sentral30% – 50%
Kebijakan Moneter dan Fiskal20% – 30%
Berita Ekonomi dan Politik10% – 20%
Data Ekonomi10% – 20%
Market Maker (Bank-bank besar, Lembaga Keuangan, dll.)5% – 15%
Broker5% – 10%
Peristiwa Geopolitik dan Krisis5% – 10%
Spekulasi dan Sentimen Pasar5% – 10%

Penjelasan singkat untuk setiap faktor:

  • Bank Sentral: Kebijakan suku bunga dan intervensi mata uang oleh bank sentral dapat memiliki dampak besar pada nilai tukar mata uang suatu negara. Kebijakan bank sentral juga dapat mempengaruhi sentimen pasar dan tingkat inflasi.
  • Kebijakan Moneter dan Fiskal: Langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah, seperti perubahan pajak atau pengeluaran publik, dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang.
  • Berita Ekonomi dan Politik: Berita seperti pengumuman kebijakan atau peristiwa politik dapat mempengaruhi sentimen pasar dan nilai tukar mata uang.
  • Data Ekonomi: Data seperti angka inflasi, lapangan kerja, dan pertumbuhan ekonomi dapat mempengaruhi sentimen pasar dan nilai tukar mata uang.
  • Peristiwa Geopolitik dan Krisis: Peristiwa seperti konflik militer atau krisis ekonomi dapat mempengaruhi sentimen pasar dan nilai tukar mata uang.
  • Spekulasi dan Sentimen Pasar: Perdagangan spekulatif dan sentimen pasar yang positif atau negatif terhadap suatu mata uang dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang.

Setiap negara memiliki bank sentralnya masing-masing yang bertanggung jawab atas kebijakan moneter dan pengawasan sistem keuangan di negara tersebut. Berikut adalah beberapa contoh bank sentral dari beberapa negara besar di dunia:

  • Amerika Serikat: Federal Reserve (Fed)
  • Uni Eropa: Bank Sentral Eropa (ECB)
  • Inggris: Bank of England (BOE)
  • Jepang: Bank of Japan (BOJ)
  • Swiss: Swiss National Bank (SNB)
  • Kanada: Bank of Canada (BOC)
  • Australia: Reserve Bank of Australia (RBA)
  • Selandia Baru: Reserve Bank of New Zealand (RBNZ)
  • China: People’s Bank of China (PBOC)
  • Rusia: Bank of Russia

Kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh bank sentral di negara-negara ini dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang negara mereka dan oleh karena itu dapat memengaruhi pasar Forex secara global.

Market Maker adalah lembaga keuangan yang bertindak sebagai pembuat pasar dengan tujuan memfasilitasi perdagangan di pasar keuangan dengan memberikan likuiditas dan melakukan pembelian dan penjualan aset di pasar. Market Maker biasanya menggunakan modal yang besar dan memiliki akses langsung ke sumber daya pasar keuangan, seperti bank-bank besar, lembaga keuangan besar, dan perusahaan-perusahaan investasi.

Market Maker memainkan peran penting dalam menjaga likuiditas pasar keuangan dengan memfasilitasi perdagangan aset yang sulit dijual secara langsung oleh individu atau perusahaan. Market Maker juga dapat menawarkan spread yang lebih kecil dari harga pasar dan menjaga stabilitas pasar dengan melakukan pembelian atau penjualan aset jika ada ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran.

Contoh Market Maker yang paling umum di pasar Forex adalah bank-bank besar seperti Citibank, JP Morgan, Barclays, dan Deutsche Bank. Namun, selain bank-bank besar, masih ada banyak lembaga keuangan dan perusahaan investasi yang bertindak sebagai Market Maker di pasar Forex dan pasar keuangan lainnya.

Broker adalah pihak yang bertindak sebagai perantara antara trader dan pasar. Mereka menyediakan platform trading, memberikan informasi pasar, dan membantu trader dalam mengeksekusi perdagangan. Broker juga memiliki pengaruh pada pasar Forex, terutama melalui spread dan komisi yang mereka kenakan pada perdagangan. Spread adalah selisih antara harga beli dan harga jual sebuah pasangan mata uang, dan komisi adalah biaya yang dibebankan oleh broker untuk melakukan perdagangan. Semakin tinggi spread dan komisi yang dikenakan, semakin besar pengaruh broker pada hasil perdagangan trader. Oleh karena itu, broker juga merupakan faktor penting dalam pasar Forex yang perlu diperhitungkan.

Peran dari retail trader dalam pasar forex tidaklah besar dibandingkan dengan faktor-faktor lain seperti bank sentral, kebijakan moneter, dan data ekonomi. Sebagai informasi tambahan, retail trader adalah individu atau investor ritel yang berdagang forex dengan dana pribadi mereka sendiri, biasanya melalui platform online yang disediakan oleh broker.

Meskipun begitu, perkembangan teknologi dan kemudahan akses pada perdagangan forex telah meningkatkan partisipasi retail trader dalam pasar. Namun, perkiraan kontribusi retail trader pada pasar forex sangat sulit untuk diukur karena mereka biasanya tidak memiliki dana yang cukup besar untuk mempengaruhi harga pasar secara signifikan.

Namun demikian, pengaruh retail trader pada sentimen pasar dan spekulasi dapat memengaruhi fluktuasi harga pasar. Dalam tabel di atas, saya memperkirakan bahwa spekulasi dan sentimen pasar memiliki dampak sekitar 5% – 10% pada pergerakan harga pasar. Sebagian dari dampak tersebut mungkin berasal dari aksi trading yang dilakukan oleh retail trader.

Dalam kesimpulannya, kontribusi dari retail trader dalam pasar forex tidak dapat diketahui dengan pasti, namun bisa dikatakan bahwa peran mereka cenderung kecil dibandingkan dengan faktor-faktor lain seperti bank sentral dan kebijakan moneter.

Categories
References

Trade Like Jesse Livermore by Richard Smitten

“Trade Like Jesse Livermore” adalah buku yang mencoba untuk menggali kehidupan dan strategi trading Jesse Livermore, salah satu trader saham paling sukses sepanjang masa. Buku ini didasarkan pada prinsip bahwa dengan mempelajari kehidupan dan metode Livermore, para trader dapat belajar pelajaran berharga tentang cara sukses dalam pasar saham.

Buku ini terdiri dari delapan bab, dan berikut ini adalah ringkasan dari setiap bab:

Bab 1: Siapa Jesse Livermore?

Bab ini memberikan gambaran singkat tentang kehidupan Jesse Livermore, termasuk kenaikan pangkatnya dari spekulator ke trader kaya raya yang beberapa kali membuat dan kehilangan kekayaannya. Bab ini juga membahas kehidupan pribadinya dan tantangan yang dihadapinya, termasuk masa-masa depresi dan bunuh dirinya pada akhirnya.

Bab 2: Filosofi Trading Livermore

Bab ini membahas filosofi trading Livermore, yang didasarkan pada ide bahwa pasar terdiri dari emosi manusia dan bahwa harga mencerminkan psikologi kolektif para trader. Livermore percaya bahwa pasar merupakan cerminan dari sifat manusia, dan bahwa para trader bisa menghasilkan uang dengan memahami psikologi pasar dan berdagang sesuai dengan itu.

Bab 3: Sistem Trading Livermore

Pada bab ini, penulis membahas sistem trading Livermore, yang dikembangkan selama karir tradingnya. Sistem ini didasarkan pada ide “pivotal points,” yaitu level harga tertentu yang Livermore gunakan untuk mengidentifikasi titik balik dalam pasar. Ia percaya bahwa dengan mengidentifikasi pivotal points ini, para trader dapat mengantisipasi perubahan dalam pasar dan melakukan perdagangan yang menguntungkan.

Bab 4: Analisis Teknikal

Livermore terkenal karena keahliannya dalam analisis teknikal, dan pada bab ini, penulis menjelaskan beberapa konsep kunci yang digunakan dalam tradingnya. Ini termasuk level support dan resistance, trendline, dan pola grafik. Penulis menjelaskan bagaimana Livermore menggunakan alat-alat ini untuk mengidentifikasi peluang perdagangan potensial dan mengelola risiko.

Bab 5: Manajemen Risiko

Pada bab ini, penulis membahas pendekatan Livermore dalam manajemen risiko. Ia percaya bahwa sangat penting bagi trader untuk mengelola risikonya dengan hati-hati, dan ini melibatkan menetapkan stop-loss order dan mengelola ukuran posisi. Penulis memberikan saran praktis tentang bagaimana para trader dapat menerapkan prinsip-prinsip ini dalam trading mereka sendiri.

Bab 6: Pelaksanaan Perdagangan

Livermore terkenal karena keahliannya dalam melaksanakan perdagangan, dan pada bab ini, penulis menjelaskan beberapa teknik yang ia gunakan untuk memasuki dan keluar dari perdagangan pada waktu yang tepat. Ini termasuk menunggu konfirmasi pembalikan tren sebelum memasuki perdagangan, dan mengurangi posisi untuk mengelola risiko.

Bab 7: Analisis Pasar

Pada bab ini, penulis membahas beberapa prinsip kunci yang digunakan dalam analisis pasar oleh Livermore, termasuk analisis fundamental dan sentimen pasar. Penulis menjelaskan bagaimana Livermore menggunakan berita dan laporan keuangan untuk memahami fundamental perusahaan dan industri tertentu, serta bagaimana ia menggunakan sentimen pasar untuk mengidentifikasi perubahan dalam psikologi kolektif para trader.

Bab 8: Kesimpulan

Pada bab terakhir ini, penulis merangkum kembali pelajaran utama yang dapat dipelajari dari kehidupan dan metode trading Jesse Livermore. Dia menekankan pentingnya memahami psikologi pasar dan mengembangkan sistem trading yang konsisten, serta menekankan perlunya mengelola risiko dengan hati-hati dan melaksanakan perdagangan dengan disiplin.

Selain itu, penulis juga memberikan saran praktis tentang bagaimana para trader dapat menerapkan pelajaran-pelajaran ini dalam trading mereka sendiri, termasuk cara mengembangkan sistem trading yang sesuai dengan gaya dan kepribadian masing-masing, serta bagaimana mengelola emosi saat trading.

Secara keseluruhan, “Trade Like Jesse Livermore” adalah buku yang sangat berguna bagi para trader yang ingin mempelajari strategi trading yang sukses dan efektif. Buku ini memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana psikologi pasar bekerja, serta bagaimana para trader dapat memanfaatkan analisis teknikal dan fundamental untuk mengidentifikasi peluang perdagangan potensial.

Selain itu, buku ini juga membahas pentingnya manajemen risiko dan pelaksanaan perdagangan yang disiplin, yang merupakan aspek penting dari trading yang sukses. Dengan kata lain, “Trade Like Jesse Livermore” adalah buku yang sangat direkomendasikan bagi siapa saja yang ingin meningkatkan keahlian trading mereka dan mencapai kesuksesan dalam pasar saham.

Categories
Opini

FOMO (Fear Of Missing Out)

FOMO, adalah perasaan cemas atau takut yang dirasakan seseorang ketika merasa bahwa mereka melewatkan suatu pengalaman atau kesempatan yang penting atau menarik yang sedang terjadi pada orang lain. Biasanya FOMO terjadi saat seseorang melihat atau mendengar kegiatan atau acara yang sedang dilakukan oleh teman-teman, keluarga, atau orang lain di sekitarnya dan merasa tertinggal atau tidak mengikuti apa yang sedang terjadi.

FOMO akronim dari fear of missing out merupakan perasaan cemas yang timbul karena sesuatu yang menarik dan menyenangkan sedang terjadi, sering disebabkan karena unggahan di media sosial.
FOMO didefinisikan sebagai rasa takut karena tertinggal atau tidak mengetahui peristiwa, informasi, atau pengalaman, dan orang lain mendapat pengalaman berharga dari sesuatu tersebut. Ditandai adanya keinginan untuk terus terhubung dengan apa yang dilakukan oleh orang lain. FOMO juga terkait dengan rasa takut akan kehilangan kesempatan untuk mengambil peran dalam suatu peristiwa yang bisa meningkatkan popularitas. (Sumber: id.wikipedia.org)

FOMO sering terkait dengan penggunaan media sosial, di mana seseorang dapat melihat postingan teman-teman mereka tentang kegiatan atau acara yang menarik dan merasa perlu untuk ikut serta dalam aktivitas tersebut agar tidak merasa ketinggalan. FOMO dapat menyebabkan stres dan kecemasan, serta mempengaruhi keputusan seseorang dalam menghabiskan waktu dan uang.

Lalu, apakah FOMO itu kurang baik atau sesuatu kebiasaan buruk?

FOMO bisa dianggap baik atau buruk, tergantung pada bagaimana seseorang mengalaminya. Berikut beberapa alasan mengapa FOMO bisa dianggap baik.

Kita bicarakan dulu pada anggapan FOMO buruk dari penomena yang terjadi di bawah ini :

Stres dan Kecemasan 
FOMO dapat menyebabkan stres dan kecemasan, karena individu mungkin merasa perlu terus-menerus mengetahui apa yang dilakukan orang lain atau menjadi bagian dari setiap acara atau aktivitas sosial.

Contoh praktis:

Seseorang mungkin merasa cemas dan stres karena mereka merasa bahwa mereka harus mengikuti semua acara sosial atau kegiatan lainnya, bahkan ketika mereka sudah merasa lelah atau terlalu sibuk dengan pekerjaan atau kegiatan lainnya.

Perbandingan Yang Tidak Sehat: 
FOMO dapat menyebabkan individu terus-menerus membandingkan diri mereka dengan orang lain, yang dapat menyebabkan perasaan tidak memadai, keraguan diri, dan rendahnya harga diri.

Contoh praktis:

Seseorang mungkin merasa tidak cukup baik dibandingkan teman-teman mereka yang selalu terlihat mengikuti aktivitas yang menarik, bahkan ketika sebenarnya mereka sudah merasa puas dengan kegiatan mereka sendiri.

Beban Keuangan: 
FOMO juga dapat menyebabkan pengeluaran berlebihan, karena individu mungkin merasa perlu membeli gadget terbaru atau menghadiri setiap acara atau aktivitas.

Contoh praktis:

Seseorang mungkin merasa perlu membeli pakaian baru atau pergi ke restoran mahal setiap kali teman-temannya melakukannya, bahkan ketika sebenarnya mereka tidak mampu atau tidak membutuhkannya.

Manajemen Waktu yang Buruk: 
FOMO dapat menyebabkan individu menghabiskan waktu yang terlalu banyak di media sosial atau platform lainnya, mengalihkan perhatian mereka dari aktivitas yang lebih produktif atau bermakna.

Contoh praktis:

Seseorang mungkin terlalu banyak menghabiskan waktu mereka di media sosial, terus-menerus memeriksa aktivitas teman-teman mereka atau mencari tahu apa yang sedang tren saat ini, yang mengurangi waktu yang seharusnya mereka habiskan untuk melakukan hal-hal yang lebih penting atau bermanfaat.

Lalu dari sekian banyaknya kejelekan akibat FOMO, masih ada gak sih yang positif? Ada juga sih, kalau kita benar-benar memegang nilai-nilai yang positif.

FOMO bisa tergolong sikap baik, jika :

Sebagai dasar Motivasi: 
FOMO kadang-kadang dapat berfungsi sebagai motivator bagi individu untuk mencoba hal-hal baru, mengambil risiko, dan mengeksplorasi peluang baru.

Contoh praktis:

Seseorang mungkin merasa terinspirasi untuk mencoba olahraga baru atau belajar keterampilan baru karena mereka merasa tertarik dengan teman-teman mereka yang aktif melakukan kegiatan tersebut.

Koneksi Sosial: 
FOMO juga dapat mendorong individu untuk terlibat dengan orang lain dan membangun koneksi yang bermakna, yang dapat menciptakan rasa komunitas dan keikutsertaan aktif yang tentunya dapat memperluas jaringan sosial.

Contoh praktis:

Seseorang mungkin merasa senang dan terhubung dengan orang-orang baru, membangun network dan mungkin bisa berlanjut ke kerjasama lainnya seperti bisnis dan lain-lain.

Pengembangan Diri:

FOMO juga dapat memotivasi seseorang untuk belajar keterampilan baru atau mengeksplorasi minat mereka.

Contoh Praktis:

Misalnya, jika seseorang merasa FOMO ketika melihat orang lain berhasil mempelajari bahasa asing atau keterampilan lainnya, mereka mungkin akan terdorong untuk mempelajarinya juga.