FOMO (Fear Of Missing Out)

FOMO, adalah perasaan cemas atau takut yang dirasakan seseorang ketika merasa bahwa mereka melewatkan suatu pengalaman atau kesempatan yang penting atau menarik yang sedang terjadi pada orang lain. Biasanya FOMO terjadi saat seseorang melihat atau mendengar kegiatan atau acara yang sedang dilakukan oleh teman-teman, keluarga, atau orang lain di sekitarnya dan merasa tertinggal atau tidak mengikuti apa yang sedang terjadi.

FOMO akronim dari fear of missing out merupakan perasaan cemas yang timbul karena sesuatu yang menarik dan menyenangkan sedang terjadi, sering disebabkan karena unggahan di media sosial.
FOMO didefinisikan sebagai rasa takut karena tertinggal atau tidak mengetahui peristiwa, informasi, atau pengalaman, dan orang lain mendapat pengalaman berharga dari sesuatu tersebut. Ditandai adanya keinginan untuk terus terhubung dengan apa yang dilakukan oleh orang lain. FOMO juga terkait dengan rasa takut akan kehilangan kesempatan untuk mengambil peran dalam suatu peristiwa yang bisa meningkatkan popularitas. (Sumber: id.wikipedia.org)

FOMO sering terkait dengan penggunaan media sosial, di mana seseorang dapat melihat postingan teman-teman mereka tentang kegiatan atau acara yang menarik dan merasa perlu untuk ikut serta dalam aktivitas tersebut agar tidak merasa ketinggalan. FOMO dapat menyebabkan stres dan kecemasan, serta mempengaruhi keputusan seseorang dalam menghabiskan waktu dan uang.

Lalu, apakah FOMO itu kurang baik atau sesuatu kebiasaan buruk?

FOMO bisa dianggap baik atau buruk, tergantung pada bagaimana seseorang mengalaminya. Berikut beberapa alasan mengapa FOMO bisa dianggap baik.

Kita bicarakan dulu pada anggapan FOMO buruk dari penomena yang terjadi di bawah ini :

Stres dan Kecemasan 
FOMO dapat menyebabkan stres dan kecemasan, karena individu mungkin merasa perlu terus-menerus mengetahui apa yang dilakukan orang lain atau menjadi bagian dari setiap acara atau aktivitas sosial.

Contoh praktis:

Seseorang mungkin merasa cemas dan stres karena mereka merasa bahwa mereka harus mengikuti semua acara sosial atau kegiatan lainnya, bahkan ketika mereka sudah merasa lelah atau terlalu sibuk dengan pekerjaan atau kegiatan lainnya.

Perbandingan Yang Tidak Sehat: 
FOMO dapat menyebabkan individu terus-menerus membandingkan diri mereka dengan orang lain, yang dapat menyebabkan perasaan tidak memadai, keraguan diri, dan rendahnya harga diri.

Contoh praktis:

Seseorang mungkin merasa tidak cukup baik dibandingkan teman-teman mereka yang selalu terlihat mengikuti aktivitas yang menarik, bahkan ketika sebenarnya mereka sudah merasa puas dengan kegiatan mereka sendiri.

Beban Keuangan: 
FOMO juga dapat menyebabkan pengeluaran berlebihan, karena individu mungkin merasa perlu membeli gadget terbaru atau menghadiri setiap acara atau aktivitas.

Contoh praktis:

Seseorang mungkin merasa perlu membeli pakaian baru atau pergi ke restoran mahal setiap kali teman-temannya melakukannya, bahkan ketika sebenarnya mereka tidak mampu atau tidak membutuhkannya.

Manajemen Waktu yang Buruk: 
FOMO dapat menyebabkan individu menghabiskan waktu yang terlalu banyak di media sosial atau platform lainnya, mengalihkan perhatian mereka dari aktivitas yang lebih produktif atau bermakna.

Contoh praktis:

Seseorang mungkin terlalu banyak menghabiskan waktu mereka di media sosial, terus-menerus memeriksa aktivitas teman-teman mereka atau mencari tahu apa yang sedang tren saat ini, yang mengurangi waktu yang seharusnya mereka habiskan untuk melakukan hal-hal yang lebih penting atau bermanfaat.

Lalu dari sekian banyaknya kejelekan akibat FOMO, masih ada gak sih yang positif? Ada juga sih, kalau kita benar-benar memegang nilai-nilai yang positif.

FOMO bisa tergolong sikap baik, jika :

Sebagai dasar Motivasi: 
FOMO kadang-kadang dapat berfungsi sebagai motivator bagi individu untuk mencoba hal-hal baru, mengambil risiko, dan mengeksplorasi peluang baru.

Contoh praktis:

Seseorang mungkin merasa terinspirasi untuk mencoba olahraga baru atau belajar keterampilan baru karena mereka merasa tertarik dengan teman-teman mereka yang aktif melakukan kegiatan tersebut.

Koneksi Sosial: 
FOMO juga dapat mendorong individu untuk terlibat dengan orang lain dan membangun koneksi yang bermakna, yang dapat menciptakan rasa komunitas dan keikutsertaan aktif yang tentunya dapat memperluas jaringan sosial.

Contoh praktis:

Seseorang mungkin merasa senang dan terhubung dengan orang-orang baru, membangun network dan mungkin bisa berlanjut ke kerjasama lainnya seperti bisnis dan lain-lain.

Pengembangan Diri:

FOMO juga dapat memotivasi seseorang untuk belajar keterampilan baru atau mengeksplorasi minat mereka.

Contoh Praktis:

Misalnya, jika seseorang merasa FOMO ketika melihat orang lain berhasil mempelajari bahasa asing atau keterampilan lainnya, mereka mungkin akan terdorong untuk mempelajarinya juga.

WhatsApp via Browser.

WhatsApp saat ini menjadi salahsatu Platform Media Sosial yang paling banyak digunakan. Trend pemakainnya makin banyak sehingga/ apalagi Facebook mengakusisinya (Feb 2014) padahal dalam catatan sejarah developer WhatsApp pernah ditolak melamar kerja di Facebook lho!

Dalam perkembangannya, pada awal 2015 platform ini mengembangkan suatu web client sehingga pengguna WhatsApp bisa menggunakannya lewat perangkat lain selain ponsel, misalkan lewat PC atau laptop yang dapat tersambung dengan internet. Ini tentu suatu kemudahan bagi user terutama dalam pengiriman multimedia dari berbagai sumber yang agak merepotkan jika hanya menggunakan ponsel saja. Namun pemakaian dengan web client ini https://web.whatsapp.com/ masih tergantung pada pindaian ponsel yang bersangkutan dan harus “berdekatan” tidak seperti aplikasi lainnya semisal LINE yang tetap dapat terhubung walaupun ponsel kita nun jauh di seberang sana. Sebab “dipersyaratkan” selalu ada synchronization real time antara ponsel dan web client-nya.

Itulah sebabnya pertanyaan ini selalu muncul di benak saya, kenapa tidak sekalian dibuat bisa akses lewat web client tanpa harus “berdekatan” dengan ponsel di mana Apps kita pasang (install). Ya sudah lupakan saja, mungkin WhatsApp sengaja membuatnya berbeda dari LINE!

“Gotcha!” Saya tidak tahu persis, hari ini saya tak sengaja, membuka web client seperti biasanya, namun karena kemarin ponsel istri saya yang logi-in, sewaktu saya hidupkan lagi laptop saya, WhatsApp istri saya yang tampil. Saya coba lakukan chat, berfungsi normal dan tak perlu berada “dekat” dengan ponsel istri seperti sebelumnya.

Wah, boleh juga nih! Sekarang kalau ponsel ketinggalan komunikasi WhatsApp tetap bisa diandalkan, hanya saja mungkin kalau belum “log-in” harus membutuhkan bantuan untuk memindai QR code seperti biasanya.

Ketinggalan berita nih saya, sejak kapan WhatsApp bisa seperti ini? Ya, sudahlah tidak perlu dipikirkan. Yang pasti, jikau ponsel Anda ketinggalan, WhatsApp sudah bisa dipergunakan.