Jamu Jati Kendi

Saya penasaran dengan About seorang saudara, Bapak Malkie J Rointang. JAMU JATI KENDI. Ternyata itu adalah akronim dari jaga mulut, jaga hati dan kendalikan diri. Suatu motto yang masih relevan untuk tetap diterapkan saat ini. Sayangnya, tidak banyak informasi yang tersedia mengenai pelopor Jamu Jati Kendi ini. Konsep Jamu Jati Kendi mungkin telah ada sejak lama di Indonesia, dan menjadi ajaran turun-temurun dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, sulit untuk mengidentifikasi siapa pelopor pasti dari konsep ini. Namun, yang pasti adalah bahwa konsep Jamu Jati Kendi telah menjadi bagian dari budaya Indonesia dan diajarkan untuk membantu orang menghadapi berbagai situasi dalam hidup dengan lebih baik.

Jamu Jati Kendi adalah sebuah konsep yang berasal dari Indonesia yang mengajarkan tiga prinsip penting dalam menjalani kehidupan, yaitu jaga mulut, jaga hati, dan kendalikan diri. Konsep ini mengajarkan bahwa dengan menguasai tiga prinsip ini, seseorang akan mampu menghadapi berbagai situasi dalam hidup dengan lebih baik.

Pertama-tama, jaga mulut mengajarkan bahwa kita harus berhati-hati dengan kata-kata yang keluar dari mulut kita. Kita harus memilih kata-kata dengan bijak dan tidak membiarkan emosi kita menguasai diri sehingga mengucapkan kata-kata yang tidak pantas. Kita harus menghindari perkataan yang bisa menyakiti hati orang lain atau menimbulkan masalah yang lebih besar. Dalam Alkitab, ayat yang mengajarkan tentang jaga mulut bisa ditemukan di Efesus 4:29, “Tidak boleh ada kata-kata kotor atau tidak bermanfaat atau mengganggu; sebaliknya, kata-kata yang baik untuk dibangun dan bermanfaat bagi orang lain, supaya memberi kasih karunia kepada orang yang mendengarnya.”

Kedua, jaga hati mengajarkan bahwa kita harus menjaga perasaan dan pikiran kita dari hal-hal yang negatif. Kita harus berusaha untuk selalu berpikir positif dan mencari hal-hal yang baik dalam setiap situasi. Kita juga harus menghindari perasaan iri, dengki, dan marah yang bisa merusak hubungan kita dengan orang lain dan dengan Tuhan. Dalam Alkitab, ada banyak ayat yang mengajarkan tentang jaga hati, salah satunya adalah Filipi 4:8, “Akhirnya, saudara-saudara, segala sesuatu yang benar, segala sesuatu yang mulia, segala sesuatu yang adil, segala sesuatu yang suci, segala sesuatu yang manis, segala sesuatu yang sedap didengar, apapun yang patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” Alkitab menyatakan: “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” (Amsal 4:23). Mengapa hati kita harus selalu dijaga? Karena dari hati timbul segala pikiran jahat (baca Matius 15:19).

Ketiga, kendalikan diri mengajarkan bahwa kita harus bisa mengontrol diri kita sendiri dalam berbagai situasi. Kita harus bisa mengendalikan emosi dan nafsu kita agar tidak membuat keputusan yang salah atau melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Dalam Alkitab, ayat yang mengajarkan tentang kendalikan diri bisa ditemukan di Galatia 5:22-23, “Buah Roh ialah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Tidak ada hukum yang melarang hal-hal seperti itu.” Juga ada tertulis di 2 Timotius 4:5: Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal …

“Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.” (Matius 6:22-23) Menjaga mata juga penting, mungkin judulnya kita bisa ganti dan menerapkannya dalam hidup. Jamu Jati Jama Kendi.

Dalam kesimpulan, konsep Jamu Jati Kendi mengajarkan tiga prinsip penting yang bisa membantu kita menghadapi berbagai situasi dalam hidup, yaitu jaga mulut, jaga hati, dan kendalikan diri. Dalam Alkitab, banyak ayat yang mengajarkan tentang ketiga prinsip ini, dan kita bisa belajar dari firman Tuhan untuk membantu kita.

Pemimpin yang Tidak Mendapatkan Hasil Jerih Payahnya.

Sabtu kemarin Pdt. Joseph Theo mencontohkan seorang pemimpin yang rela untuk tidak memperoleh apa yang telah diupakayannya. Dia memimpin suatu kumpulan besar orang-orang, masyarakat, suatu bangsa dari mental budak untuk menjadi suatu bangsa di suatu negeri yang baik, negeri yang berlimpah susu dan madunya. Namun ia sendiri tidak sampai ke negeri yang menjadi tujuan mereka. Pemimpin itu bernama Musa.

Saya merenung, ini terjadi kan karena kesalahan Musa sendiri yang tidak menuruti Firman sebagaimana TUHAN memerintahkannya untuk mengeluarkan air dari batu untuk bangsa Israel yang bringas karena kehausan di gurun? TUHAN berfirman berbicara kepada batu, tetapi Musa memukulkan tongkatnya seperti kejadian sebelumnya. Benar, memang air tetap keluar, tetapi SOP nya tidak dipatuhi Musa. Jadi kalau kesalahan ini membuat Musa tidak boleh masuk Kanaan, adalah salahnya sendiri. Jadi apakah pantas dia disematkan suatu label sebagai seorang pemimpin yang tidak menikmati hasil pekerjaannya?

Musa tercatat sebagai seorang manusia yang lemah lembut. Dia membela bangsanya di hadapan TUHAN, sampai dia rela namanya dihapus dari kitab TUHAN asalkan TUHAN tetap berkenan pada bangsa itu. Kalau dia benar seorang pemimpin yang tidak mau menerima bahwa dirinya tidak akan masuk negeri Kanaan, adalah “wajar” seandainya ia juga berkata kepada TUHAN untuk meminta bahwa tidak seorangpun boleh masuk ke sana, sama seperti dia.

Itulah Musa, bangsa yang dia bela di hadapan TUHAN, masuk ke tanah Kanaan tanpa dirinya, saya yakin dia menerima itu semua. Jadi, benarlah Musa sebagai contoh, seorang Pemimpin yang tidak menikmati sesuatupun dari jerih payahnya memimpin suatu bangsa ke tanah yang melimpah susu dan madunya. Musa tidak marah atau bersungut-sungut!

Saya yakin karena dia tahu, bertemu TUHAN, jauh melebihi semua yang ada di tanah Kanaan. Hati yang berkenan kepada TUHAN jauh melebihi dari hasil apapun yang ada di muka Bumi ini. Dialah Musa, One of the great Leader.