Seringkali saya melihat dan bahkan mengalami sendiri di kala berkendara jalan raya, ada mobil atau motor terpaksa berhenti di tengah jalan. Mungkin bahan bakarnya habis atau ada masalah lain. Melihat hal tersebut, umumnya, yang dulu sering saya lakukan adalah membunyikan klakson mobil dan tentu saja atas dasar pemikiran saya sudah terganggu oleh mereka. Entah itu saat saya ingin cepat-cepat pergi ke mal, ke kantor atau pulang ke rumah atau ke mana pun saya pergi, terlepas dari keadaan buru-buru atau tidak.

Suatu kali saya berpikir, sebenarnya dan sepastinya mereka juga tidak ingin seperti itu, kan? Mengapa saya harus berteriak-teriak pada mereka dengan suara klakson saya? Apakah dengan jalan demikian akan mempercepat “cairnya” jalanan? Ya, kalau dari gelagatnya sengaja berlama-lama mungkin ada perlunya.

Jika saya menjadi mereka, pasti saya juga tidak ingin mengalami hal yang sama. Sama seperti mereka pada saat itu. Oops, betapa egoisnya saya. Jika jarak memungkinkan, mengapa tidak mencoba mengatakan: “Tolong Pak, tolong Bu, pindahlah perlahan, saya akan menunggu. Bisakah saya membantu memindahkan? Semoga itu bukan masalah besar sehingga dapat diperbaikinya segera”. Atau apalah … Atau jika tidak dapat melakukan hal tersebut, tenang saja. Biarklah menunggu sampai mereka bisa menepi memberi jalan.

Mengubah kebiasaan yang kurang atau tidak baik memang sulit. Terlalu nyaman untuk berada dalam kondisi yang sedang dijalani membuat kebanyakan orang tidak mau berubah, seperti saya.

Ada sebuah pepatah yang mengatakan: Good life is enemy of Great Life. Hidup yang baik adalah musuh bagi hidup yang hebat. Mari kita berubah untuk berbuah. Itu lebih bermakna.

Change is not good for our habit. It is too comfort to be still. The Good Life is the Enemy for the Great Life.