Memaknai Penderitaan dan Kesulitan Hidup
Saya pernah menuliskan sebelumnya, bahwa dalam kehidupan ini yang berkaitan dengan pola hidup, pembentukan karakter, cara berfikir tidak ada dan tidak berlaku istilah short cut. Kita perlu suatu proses yang mungkin panjang tergantung dari objek yang akan dicapai dan tergantung dari sikap yang kita ambil ketika melaluinya.
Percaya atau tidak kesulitan sering kali mampu menumbuhkan atau memunculkan potensi yang terpendam di dalam diri kita. Tanpa kesulitan dan penderitaan banyak makna yang bisa samar atau hilang dalam hidup kita.
Tulisan ini nampaknya langsung jump to conclusion. Gak apa-apa ada yang induktif ada juga deduktif. Bagi pembaca yang budiman, mari kita ingat pengalaman masa lalu, ada saja di sana sini yang sedap, enak dikenang walaupun mungkin kita tidak mau hal itu terulang. Kita juga sering bergumam dan dalam hati berkata, “Untuklah Aku gagal dalam SIPENMARU, UMPTN, atau ….”
Kita saat mengalami peristiwa “gagal” itu, mungkin sedih susah atau galau. Tetapi akhirnya kita tahu ada yang lebih baik melebihi kondisi kalau kita “lulus” di peristiwa di atas.
Seekor kupu-kupu tidak akan mendapatkan keindahan sayap seperti itu jikalau ia tidak mengalami pergulatan panjang saat keluar dari rumahnya yang sempit dan menyakitkan. Bayangkan saja jikalau ada seseorang yang merasa kasihan akan kupu-kupu yang sedang dalam prosesnya. Karena kasihan membantu dengan menggunting rumahnya justru akan merusak proses dan membuat masa depan yang buruk baginya.